Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menggelar pertemuan bilateral dengan Menlu Amerika Serikat (AS) Michael R Pompeo di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri. Retno mengungkapkan pertemuannya dengan Pompeo berjalan sangat baik dan produktif dalam suasana transparan dan ramah.
“Saya menegaskan kembali prinsip kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Saya menekankan lagi perlunya mengupayakan kerja sama inklusif di tengah masa yang menantang saat ini,” kata Retno saat menyampaikan paparan pers secara virtual, Kamis (29/10).
Retno dan Mike Pompeo membahas berbagai dimensi peningkatan kerja sama diantaranya dalam penanganan pandemi, peningkatan investasi AS di Indonesia, pertahanan, serta kerja sama Indo Pasifik yang terbuka, inklusif, dan berdasarkan aturan. Kedua menlu juga membicarakan sejumlah isu global yaitu konflik di Palestina dan Afghanistan, serta sengketa di Laut China Selatan (LCS).
Baca juga: Menlu AS Mike Pompeo Akan Hadiri Forum Pemuda Ansor
“Saya menggarisbawahi pentingnya setiap negara untuk menjadi solusi dari kontribusi kolektif kepada perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia,” ujar Retno.
Retno menyampaikan terima kasih atas bantuan AS dalam pengiriman 1.000 ventilator untuk penanganan Covid-19 di Indonesia. Menurutnya, AS bisa memainkan peran utama dalam mendorong ketahanan kesehatan nasional dan kawasan.
Dalam konteks ekonomi, Retno mendorong pengusaha AS untuk melakukan lebih banyak investasi di Indonesia, khususnya proyek-proyek di kepulauan terluar Indonesia seperti Kepulauan Natuna.
Pertahanan
Untuk kerja sama pertahanan, Retno mengatakan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto telah mengunjungi AS dan bertemu dengan berbagai mitranya termasuk Menhan AS Mark Esper. Kedua menhan telah menyepakati peningkatan kerja sama pertahanan termasuk penguatan kemampuan pertahanan dan pengadaan militer untuk mencapai minimum essential force (MEF), pelatihan, berbagi intelijen, dan kerja sama maritim di kawasan.
Baca juga: RI Tolak Permintaan Pangkalan Pesawat Mata-mata AS
Dalam kerangka multilateralisme, Retno mengatakan Indonesia bersama ASEAN selama lebih dari 50 tahun telah memainkan peran penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Retno mengatakan Indonesia juga menjadi pendorong utama untuk membangun platform dialog dan kerja sama di bawah ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.
“Saya mengangkat pentingnya penguatan kerja sama multilateralisme yang membawa keuntungan untuk semua negara,” kata Retno.
Baca juga: Di Asia, Menlu AS Galang Dukungan untuk Melawan Tiongkok
Terkait isu Laut China Selatan, Retno mengatakan perairan itu harus dipertahankan sebagai wilayah yang stabil dan damai, serta hukum internasional khususnya Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 harus dihormati dan diterapkan.
“Oleh karena itu, klaim apa pun harus berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional yang diakui secara universal termasuk UNCLOS 1982,” tandas Retno
Sumber: BeritaSatu.com