Khartoum, Beritasatu.com- Becak listrik di Sudan telah memangkas biaya transportasi dan mendukung lingkungan. Seperti dilaporkan AFP, Rabu (4/5/2022), biaya pengoperasian mesin berbahan bakar minyak di Sudan telah melonjak.
Pengusaha Sudan Mohamed Samir menyaksikan dengan bangga para pekerja merakit becak berwarna mencolok, unik di negara Afrika Utara karena mereka menggunakan listrik dalam upaya untuk mengatasi biaya yang melonjak.
Di Sudan, kendaraan roda tiga yakni becak tuk-tuk untuk penumpang, dan sepeda motor becak dengan trailer yang terpasang untuk membawa barang. Becak listrik telah lama menjadi transportasi yang populer dan terjangkau. Puluhan ribu orang melintasi jalan-jalan ibu kota Khartoum sendirian.
Tetapi dengan Sudan dicengkeram oleh krisis ekonomi yang mengerikan yang diperparah oleh kerusuhan politik menyusul kudeta militer Oktober lalu, biaya pengoperasian mesin berbahan bakar minyak telah melonjak.
“Orang-orang yang menggunakan becak yang menggunakan bahan bakar sedang menderita, dan mereka tahu nilai dari apa yang kami tawarkan. Kami ingin menawarkan solusi,” kata insinyur berusia 44 tahun Samir di pabrik di Khartoum Utara.
Dalam satu laporan dari tahun 2020, Program Lingkungan PBB memperingatkan Ada dampak lingkungan yang kritis juga. Kendaraan bertenaga bensin yang berasap, selain memicu perubahan iklim, menyebabkan “kebisingan dan polusi udara yang signifikan”.
“Emisi dari kendaraan roda tiga mengurangi jarak pandang, menyebabkan kerusakan pada vegetasi dan menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia,” tambahnya.
Samir mengatakan kendaraan listrik baru itu menandai tiga kotak tujuan pembangunan berkelanjutan PBB: Perang melawan kemiskinan, perlindungan kesehatan, dan perlindungan lingkungan.
“Itu juga membuat lebih sedikit kebisingan,” tambahnya.
Samir menghadapi tantangan berat selama bertahun-tahun untuk membangun dan menjalankan pabriknya, tetapi begitu dia membuka, bisnisnya menjadi cepat, menjual lebih dari 100 barang becak dan 12 becak penumpang sejak tahun lalu.
Biaya bahan bakar meningkat lebih dari dua kali lipat sejak kudeta. Selain itu, kelangkaan bahan bakar yang berulang telah membuat pengemudi mengantre berjam-jam di luar SPBU untuk mengisi tangki mereka.
Pengemudi mengeluh karena penghasilannya kurang dari yang mereka belanjakan. Itulah alasan utama penjual buah Bakry Mohamed menjual tuk-tuk bertenaga bensin lamanya dan membeli sepeda roda tiga listrik tahun lalu.
“Dulu harganya lebih mahal daripada yang dibawa. Ditambah lagi, saya harus khawatir di mana mencari bahan bakar, dan di mana harus mengganti oli mesin,” kata Mohamed, yang menggunakan kendaraannya untuk membawa kios buah-buahan di jalanan.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com