Beirut, Beritasatu.com- Sekutu Hizbullah diproyeksikan kehilangan kursi dalam pemilihan umum Lebanon. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Senin (16/5/2022), beberapa kandidat anti-kemapanan merebut kursi dalam pemilihan pertama sejak krisis ekonomi dan ledakan mematikan di Beirut 2020.
Hasil parsial menunjukkan perubahan keseimbangan kekuasaan di Parlemen, tempat Hizbullah dan sekutunya pernah menjadi mayoritas.
Di antara 76 pemenang yang diumumkan pada Senin (16/5) oleh Menteri Dalam Negeri Bassam Mawlawi setidaknya ada sembilan kandidat oposisi anti-kemapanan, termasuk Yassin Yassin, yang mengalahkan wakil ketua Elie Ferzli di distrik Bekaa II dan dan Mark Daou yang mengalahkan pemimpin Druze Talal Arslan di Chouf- Aley.
Tiga kandidat oposisi menerobos di distrik pegunungan Chouf-Aley, dengan ilmuwan lingkungan Najat Sailba dan profesor hukum Halime Kaakour bergabung dengan Daou di parlemen baru.
Sementara di distrik Metn, jurnalis Jad Ghosn nyaris meraih satu kursi, namun kalah 88 kursi.
Masih terlalu dini untuk menentukan apakah ada mayoritas yang jelas untuk kelompok mana pun di parlemen Lebanon yang beranggotakan 128 orang.
Meskipun jumlah pemilih nasional lebih rendah hanya 41 persen, proyeksi tidak resmi menunjukkan perubahan signifikan dalam keseimbangan kekuasaan di Parlemen, di mana Hizbullah dan sekutu yang didukung Iran pernah memegang mayoritas.
Sekutu utama Hizbullah non-Syiah diperkirakan akan menderita kekalahan, terutama Gerakan Patriotik Bebas, yang pernah memegang kursi Kristen terbesar di parlemen.
Pasukan Kristen Lebanon, satu partai yang memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi, diproyeksikan akan muncul sebagai partai Kristen terbesar di Parlemen.
Sementara itu, pihak berwenang terus berjuang untuk menghitung surat suara dari pemilihan hari Minggu karena keterlambatan logistik dan tuduhan kecurangan suara.
“Para hakim masih bekerja di distrik yang tersisa, dan akan bekerja semalaman untuk menyelesaikan hasilnya,” kata Mawlawi setelah mengumumkan hasil dari 47 kursi di tujuh dari 15 distrik.
Sementara itu, Gerakan Masa Depan Sunni yang didukung Saudi tidak mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, setelah pemimpinnya, mantan Perdana Menteri Saad al-Hariri, mengundurkan diri dari politik awal tahun ini. Namun, partisipasi pemilih di daerah pemilihan kunci Sunni di seluruh negeri tetap aktif.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com